Jumat, 17 Oktober 2014

Inovatif dalam Islam

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak surat yang diawali dengan huruf muqattha’ah (huruf terpotong) sebagai ayat pembukanya, termasuk Surat Al-Baqarah ini, yaitu firman Allah SWT:

الـم

Para mufassir berupaya mengungkap rahasia dibalik huruf muqattha’ah itu. Namun ujung-ujungnya mereka mentok dengan ungkapan Wallahu a’lamu bimuraadihi (Allah lebih tahun dengan yang dimaksud-Nya).

Sumpah Demi Ilmu Pengetahuan

Ada yang menafsiri huruf muqattha’ah sebagai sumpah Allah dengan huruf. Ketika Allah berfirman Alif Laam Miim, artinya Allah bersumpah demi huruf Alif, Lam dan Mim. Semasa kecil saya merasa janggal dengan tafsiran ini. Apalah artinya bersumpah dengan huruf, pikir saya ketika itu. Hingga kemudian saya menangkap suatu hikmah bahwa susuatu yang dijadikan sumpah pastilah hal yang sangat mulia bagi yang bersumpah. Ketika Allah bersumpah dengan huruf artinya huruf itu sangat mulia di sisi Allah. Semua orang tahu bahwa huruf itu identik dengan baca tulis sebagai simbol dari ilmu pengetahuan. Ketika Allah mengawali banyak Surat Al-Qur’an dengan huruf muqattha’ah, maka itu isyarat penghormatan Allah terhadap ilmu pengetahuan, termasuk ilmu yang Allah tuangkan dalam surat itu. Hal ini sangat terkait dengan turunnya ayat pertama Al-Qur’an yang berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ

“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Telah Menciptakan.” [QS. Al-Alaq : 1]

Yang dibaca adalah susunan huruf yang menjadi kalimat dan ungkapan tentang ilmu. Ketika Allah mengulang-ulang huruf muqattha’ah dalam banyak surat, itu adalah isyarat untuk mengingatkan kembali pada motivasi “ayat pertama” itu, Iqra’.

Singkatan Dari Sebuah Ungkapan

Ada banyak mufassir yang mengutak-atik huruf muqattha’ah sehingga menjadi singkatan dari sifat-sifat Allah, misalnya Alif singkatan dari Aalaaullah (nikmat-nikmat Allah), Lam singkatan dari Luthfullah (kelembutan Allah) dan Mim singkatan dari Majdullah (keagungan Allah). Dari sekian banyak singkatan hasil utak-atik para mufassir, saya lebih tertarik dengan penafsiran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani RA. Dalam kitab Tafsirnya, Al-Imam Al-Jailani RA menafsiri huruf muqattha’ah sebagai singkatan dari sifat-sifat Nabi Muhammad. Hal ini didukung oleh pendapat banyak mufassir bahwa huruf muqattha’ah itu bermaksud Nabi Muhammad, dengan alasan bahwa setiap surat yang diawali dengan huruf muqattha’ah mestilah ada mukhathab (kata kamu) yang bermaksud Nabi Muhammad, termasuk surat Al-Baqarah ini, dimana pada ayat keempat berbunyi:

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ

“Dan orang-orang yang beriman terhadap apa yang diturunkan kepadamu.”

Uniknya lagi, Syekh Abdul Qadir RA membuat kepanjangan huruf muqattha’ah dengan sebutan-sebutan dan ungkapan panjang yang indah serta bermakna untuk Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah kutipan dari Tafsir Al-Jailani:

Alif: أَيُّهَا الإِنْسَانُ الْكَامِلُ (Wahai manusia yang sempurna..)

Lam: اللاَّئِقُ لِخِلاَفَتِنَا (yang layak untuk menjadi khalifah Kami..)

Mim:الْمُلاَزِمُ لِاسْتِكْشَافِ أَسْرَارِ رُبُوْبِيَّتِنَا (yang selalu setia untuk menyingkap rahasia ketuhanan Kami..”

Mu’jizat Ayat Kreatif

Huruf muqattha’ah termasuk salah satu mu’jizat Al-Qur’an. Sejak jauh sebelum Islam, bangsa Arab sudah gemilang dalam dunia kesusastraan. Ketika Al-Qur’an turun, bangsa Arab berada dalam puncak kefasihan dan ketinggian bahasa. Ribuan syair indah terekam dalam ingatan orang Arab yang kala itu sangat kuat. Kebanyakan mereka, sekali mendengar sebuah syair yang menarik mereka langsung menghafalnya. Untuk syair-syair istimewa mereka tempelkan di Ka’bah sebagai penghormatan.

Ketika Al-Qur’an turun, jiwa para pujangga tersentak dengan keindahan bahasa Al-Qur’an, mereka tahu Al-Qur’an bukan syair, namun keindahan bahasa dan daya tariknya jauh mengalahkan syair-syair yang pernah mereka dengar. Dan sungguh tidak pernah terfikir oleh mereka bahwa potongan huruf (huruf muqattha’ah) menjadi lantunan yang indah ketika dibaca dengan tajwid. Misalnya Alif Laam Miim, ayat ini begitu indah ketika dibaca dengan lagu. Dengungan (ghunnah) Lam mati bertemu Mim kemudian Mim kasrah panjang diakhiri Mim mati. Para pujangga Arab tidak pernah berfikir untuk menggunakan huruf muqattha’ah untuk mengisi karya sastra mereka. Dan anehnya, sampai sekarang tidak seorangpun pujangga Arab yang menggunakan huruf muqattha’ah untuk karya-karya mereka. Seolah-olah mereka menganggap huruf muqattha’ah sebagai kreatifitas yang menjadi hak paten Al-Qur’an.

Melihat sejarah itu, kita bisa menangkap hikmah kreatifitas Al-Qur’an dalam ayat Alif Laam Miim. Dari itu, banyak mufassir yang kemudian menganggap huruf muqattha’ah itu sebagai salah satu uslub (cara) Al-Qur’an untuk menarik perhatian orang Arab, khususnya para pujangganya.

Pesan Kreatif Dan Inovatif

Ketika huruf muqattha’ah turun, maka terjadilah inovasi dalam dunia sastra Arab. Walaupun kemudian tidak ada pujangga Arab yang menggunakan huruf muqattha’ah untuk menghiasi karya sastra mereka, namun setidaknya fenomena keindahan huruf muqattha’ah baru ada setelah Al-Qur’an turun. Maka ayat ini mengajarkan kita tentang konsep kreatif dan inovatif.

Jauh sebelum pakar-pakar manajemen menemukan konsep kreatif dan inovatif untuk urusan duniawi, Islam sudah mengajarkan konsep ini dengan jelas. Perhatikanlah dua pesan berikut.

Pertama, Firman Allah SWT:

إِنَّ اللهَ لايُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan meruba apa yang ada pada suatu kaum hingga mereka merubahnya sendiri.” [QS. Ar-Ra’d : 11]

Pesan ini mengandung motivasi utuk inovatif dengan merubah manajemen dan sistem agar tidak tertinggal ketika yang lain maju. Bahkan dengan selalu berinovasi maka kita akan menjadi yang terdepan.

Kedua, Sabda Rasulullah SAW:

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا

“Barang siapa melakukan hal baru yang baik maka ia mendapat pahalanya dan mendapat pula pahala orang lain yang mengerjakan hal baru yang baik itu.” [HR. Muslim]

Pesan ini mengandung motivasi untuk kreatif. Dalam bahasa Arab, “sanna” berarti melakukan hal baru, ketika hal yang baru itu bersifat baik maka kita menyebutnya kreatifitas. Hadits ini adalah salah satu kebanggakan ummat Islam karena mengandung konsep modern, dan itu berati sebenarnya pemikiran ummat Islam sudah modern sejak empat belas abad yang silam.

Konsep kreatif dan inovatif telah lama diajarkan oleh Islam. Hanya saja, kebanyakan ulama Islam hanya menggunakan konsep ini untuk da’wah.